BERUBAH
Roma 12:2
Apa arti kata berubah?
Hati-hati! Jangan sembarangan menggunakan
kata berubah. Kata ‘berubah’ bisa memberi makna yang berbeda.
Kata ‘berubah’ bisa digunakan untuk menyatakan
perubahan positip, misalnya menyatakan sesuatu yang kurang baik menjadi lebih
baik.
Kata ‘berubah’ bisa juga digunakan untuk
menyatakan perubahan ke arah negatip, misalnya menyatakan sesuatu yang baik
menjadi kurang baik atau menjadi buruk.
Namun dalam konteks ini, penulis menggunakan
kata ‘berubah’ dalam pengertian positip. Terjadinya perubahan dari hal yang
kurang baik menjadi lebih baik, dan semakin baik hingga menjadi yang terbaik
sesuai kehendak Tuhan.
Kata ‘berubah’ dalam kehidupan orang Kristen
berarti berubah dari kehidupan yang buruk menjadi kehidupan yang baik, atau
perubahan hidup dari kehidupan kegelapan menjadi kehidupan terang. Kehidupan
yang berada di bawah kuasa dosa berubah menjadi kehidupan seperti yang Tuhan
kehendaki.
Pada saat saya kembali ke kampung halaman
saya di daerah Pematang Siantar pada liburan lalu saya merasa kurang senang
karena keadaan daerahnya masih tetap begitu-begitu saja alias tidak ada
perubahan yang mendasar dan positip.
Mungkin bisa dikatakan bahwa daerah itu
berubah ke arah yang negatip. Mengapa saya katakan demikian karena beberapa
gedung peninggalan sejarah tampak terbengkalai. Yang lebih menyedihkan lagi
bahwa tidak sedikit gereja dalam posisi berlutut.
Biasanya orang yang berlutut berdoa kepada
Tuhan. Tetapi dalam hal ini gedung gereja yang berlutut karena ambruk akibat
sudah keropos dimakan usia dan tidak direnovasi atau diperbaiki. Hal itu sangat
merusak pemandangan, dan sangat menyedihkan.
Demikian jugalah mungkin Tuhan merasa sangat
sedih pada saat melihat anak-anak-Nya dalam keadaan stagnan. Tetap apa adanya.
Tidak berubah menjadi lebih baik. Bahkan tidak sedikit orang yang sudah
menyatakan dirinya Kristen, atau bahkan dengan predikat anak Tuhan, atau bahkan
menjadi pelayan di gereja tidak mengalami perubahan seperti yang diinginkan
oleh Tuhan atas mereka.
Apakah Tuhan tidak sanggup untuk mengubah mereka?
Tentu saja sanggup. Dan Tuhan telah melakukannya. Apakah anda tidak sadar bahwa
Yesus telah melakukannya dengan dahsyat? Yesus telah melakukannya dengan
merubuhkan bait suci yang lama dan membangun bait suci yang baru
hanya dalam tiga hari, yaitu tubuh-Nya sendiri.
Kita pun telah mati di dalam kematian-Nya,
kita pun telah bangkin di dalam kebangkitan-Nya. Kita pun kini hidup sebagai
bait suci yang baru dan yang kudus bagi Tuhan.
Kini kita adalah manusia yang baru, ciptaan
yang baru di dalam Yesus Kristus. Ingat! Tuhan telah mengubahkan kita.
Tapi tunggu dulu! Saya jadi bertanya-tanya
dalam hati. Mengapa Tuhan menginginkan kita untuk berubah? Tuhan menginginkan
kita untuk berubah menjadi orang benar. Menjadi orang yang taat pada-Nya.
Menjadi orang yang mengasihi.
Tuhan menginginkan kita berubah karena
manusia memang sudah rusak. Manusia telah jatuh ke dalam dosa. Manusia diberi
hukuman pun tetap tidak mau berubah. Manusia telah
menjadi masalah bagi Tuhan. Manusia telah membuat masalah bagi Tuhan.
Mengapa gerangan manusia menjadi masalah bagi
Tuhan? Manusia telah jatuh ke dalam dosa. Manusia menjadi terpisah dari Allah.
Manusia tadinya satu dengan Allah ketika mereka diciptakan segambar dengan
Allah. Manusia tadinya bersama dengan Allah ketika mereka belum jatuh ke dalam
dosa.
Ketika mereka melanggar hukum yang Tuhan
berikan kepada mereka maka mereka menjadi mati di
dalam roh. Roh yang tadinya mereka miliki dari Allah telah mati karena dosa.
Mereka tidak lagi bisa beersama Allah yang dalam rupa Roh. Sejak itu, mereka
menjadi masalah bagi Allah.
Mereka menimbulkan banyak masalah
bagi Allah. Allah ingin mengubah manusia dengan
memberikan hukum taurat kepada Musa, tetapi hukum tersebut tidak bisa mengubah
mereka.
Allah mengutus para nabi untuk mengubah
mereka tetapi mereka membunuhnya. Hingga akhirnya Allah mengutus Anak-Nya
sendiri, Yesus Kristus tetapi manusia membunuh-Nya juga. Hingga kahirnya, Allah
mengubah hukum Taurat yang pernah Ia berikan kepada Musa digantinya dengan
Hukum Kasih Karunia.
Allah merelakan Anak-Nya, Yesus Kristus
menjadi Kurban tebusan bagi keselamatan manusia. Allah menebus manusia dari segala
dosa pelanggaran mereka. Allah mengubah mereka dari orang berdosa menajdi orang
kudus.
Perubahan manusia yang sesungguhnya adalah
perubahan oleh Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristuslah yang mengubah hidup
manusia dari kehidupan kegelapan, artinya kehidupan di bawah kuasa dosa menjadi
kehidupan terang, artinya kehidupan yang telah diselamatkan. Yesus sendirilah
yang mengubah hidup manusia itu pada dasarnya dengan kematian-Nya di kayu
salib.
Oleh karena itu setiap orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus dan menerima Dia sebagai Juru Selamatnya berarti dia
diselamatkan. Hidupnya telah berubah dari orang berdosa
menjadi orang kudus.
Tidak hanya itu, Allah sendirilah yang
membuat seseorang untuk datang dan percaya serta menerima Tuhan sebagai Juru
Selamatnya pribadi.
Tak seorang pun yang bisa datang kepada Tuhan
kalau bukan Tuhan yang menggerakkannya untuk menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan juru Selamat pribadinya. “Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah kukatakan
kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku kalau Bapa tidak
mengaruniakannya kepadanya.” (Yohanes 6:65).
Bersukacitalah setiap saudara yang datang dan
menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat saudara. Bila saudara menerima
Yesus berarti Roh Allah telah ada dalam diri saudara dan Dialah yang menuntun
saudara untuk percaya kepada Yesus Kristus.
Pada saat seseorang pertama kali menarima
Yesus Kristus berarti terjadi pertobatan awal dalam hidupnya. Yesus telah
menebusnya dari segala hutang-hutangnya, yaitu dosa yang mengikatnya selama
ini.
Yesus telah memindahkan dia dari tahanan, dan
memberinya kebebasan. Tetapi perhatikan saudaraku! Kebebasan yang telah
diberikan belum merupakan kebebasan mutlak. Masih ada wajib lapor, istilah
hukum sekuler.
.....
.....
Yesus telah melepaskan dia dari rantai dosa
yang membuatnya tidak bisa bergerak. Ingatlah bahwa rantainya baru dilepaskan
dari satu ujung rantai yang terikat ke tiang. Satu ujung rantai yang terikat di
pergelangan tangan dan kakinya belum dilepaskan.
Memang dia sudah terlepas dari ikatan tetapi
masih belum bebas secara total karena satu ujung rantai masih terikat di tangan
dan kakinya. Dia masih harus berupaya untuk melepaskannya dengan cara menaati
firman Tuhan dan melakukannya dengan setia.
Inilah yang banyak disalahpahami oleh bayak
orang Kristen. Mereka merasa telah dibebaskan oleh Yesus Kristus. Mereka tidak
tahu persis bahwa mereka baru dilepaskan dari satu ujung rantai yang terikat ke
tiang. Sementara ujung rantai yang terikat ke tangan dan kakinya masih tetap
terikat.
Hal itulah yang membuat mereka berat untuk
bergerak melakukan kebajikan yang dikehendaki oleh Tuhan untuk mereka lakukan.
Untuk melepaskan belenggu tersebut setiap orang harus mengerjakan
keselamatannya.
Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, rasul
Paulus mengatakan: “…karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut
dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula
sekarang waktu aku tidak hadir,” (Filipi 2:12).
Setiap kita yag telah diselamatkan oleh Yesus
Kristus masih harus mengerjakan dan mengisi kemerdekaan kita mempelajari firman
Tuhan, tetap mempercayai-Nya. Mengubah pola pikir, perilaku, dan cara hidup. Berupaya
meninggalkan cara hidup yang lama, dan memasuki cara hidup yang baru dalam
terang Kristus. Meninggalkan cara hidup yang duniawi, dan memasuki kehidupan
yang rohani.
Pada fase ini, seorang petobat baru
membutuhkan seorang bapa rohani untuk menuntunnya keluar dari hidup yang lama
dan berupaya memasuki hidup rohani. Seorang bapa rohani yang membimbing petobat
baru haruslah seorang yang telah sungguh memahami seluk beluk kehidupan yang
berkemenangan, dan diurapi Tuhan dengan kepenuhan Roh Kudus.
Dengan demikian dia akan bisa menuntun
petobat baru agar dapat mengubah pola pikir, perilaku, dan cara hidup yang
duniawi menjadi rohani. Meneliti firman Tuhan, memercayai, menaati, dan
melakukannya dengan setia hingga belenggu-belenggu dan tali-tali kuk yang
mengikatnya akan terlepas.
Seperti yang dikatakan oleh Yesaya: “…supaya
engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk”
(Yesaya 58:6).
Pada fase pertobatan ini, seorang petobat
baru harus betul-betul memperoleh tuntunan dan kekuatan baru untuk bisa
sungguh-sungguh meninggalkan kehidupan yang lama dan memasuki serta melanjutkan
kehidupan baru yakni kehidupan yang rohani.
Sedapat mungkin seorang petobat baru mendapat
bimbingan dari seorang rohaniwan yang diurapi Tuhan untuk mendapatkan makanan
rohani yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya.
Seorang petobat baru sedapat mungkin dituntun
untuk berserah diri kepada Tuhan dalam menjalani hidupnya. Jangan mengandalkan
kekuatannya sendiri. Dengan mengandalkan kekuatan sendiri pasti akan gagal.
Belajarlah untuk makan makanan rohani dengan
membaca Firman Tuhan setiap hari. Belajar berserah diri kepada Tuhan, dan
andalkan Tuhan dalam menjalani hidup setiap hari. Dan cara belajar terbaik
adalah dengan memasuki sekolah Roh Kudus.
Seorang yang telah bertobat akan menunjukkan
perubahan dengan buah-buah pertobatannya. Dia akan hidup dengan pola pikir yang
baru, yakni pola pikir yang rohani. Dia akan hidup dengan perilaku yang rohani,
dan dengan cara hidup yang rohani.
Hal ini akan bertumbuh terus sesuai dengan
perkembangan pengetahuan (hikmat) yang ia peroleh dari Tuhan dengan membaca dan
mempelajari Firman Tuhan setiap hari. Pola hidup yang dibangun atas dasar
pertobatan yang benar akan menghasilkan gaya hidup rohani yang dikehendaki oleh
Tuhan bila membiasakan diri berserah diri kepada Tuhan dan membentuk
karakternya dengan pengajaran Firman Tuhan.
Setiap orang akan mengalami perubahan yang
signifikan dan permanen dalam hidupnya dengan membaca, memahami, dan
merenungkan firman Tuhan yang kita baca dalam Alkitab dengan baik dan intensif.
Firman Tuhan sungguh berkuasa untuk mengubah
hidup dan kehidupan kita asal kita dengan sungguh percaya dengan apa yang
dikatakan oleh firman Tuhan.
Seperti yang disampaikan oleh Tuhan kepada
kita melalui pemazmur Daud: “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan
yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di
tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu
daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mazmur 1:2-3)
Setiap orang yang ingin mengalami perubahan
yang signifikan dan permanen dalam hidup seseorang dia harus mengusahakan agar
firman Tuhan tinggal di dalam dia.
Apakah yang dimaksud dengan firman Tuhan
tinggal di dalam dia? Agar firman Tuhan tetap tinggal di dalam kita berarti
kita harus meneliti (membaca dan merenungkan), melakukan, dan membagikan firman
Tuhan tersebut.
Prinsip ini sungguh benar dan tepat
diterapkan dalam kehidupan kristiani karena prinsip ini telah diterapkan oleh
Ezra pada saat ia membangun kembali tembok Yerusalem. Sebab Ezra telah bertekad
untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan
peraturan di antara orang Israel. (Ezra 7:10)
Prinsip ini juga kami terapkan dalam kelompok
kami dengan sebutan metode 3M, yakni Meneliti (membaca dan merenungkan),
Melakukan, dan Membagikan (mengajarkannya) firman Tuhan kepada orang lain.
Dengan menerapkan prinsip 3M (Meneliti, Melakukan, dan Membagikan) tersebut setiap
jemaat pasti mengalami Firman Tuhan yang diam dalam dirinya dan sungguh bekerja
dan berkuasa atas hati dan jiwanya.
Firman Tuhan tersebut akan sungguh-sungguh
berkuasa melakukan perubahan dan bahkan memulihkan seluruh sendi kehidupan
setiap anak Tuhan yang turut serta dalam prinsip 3M tersebut.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
raja Salomo dalam Amsalnya: “Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka
yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka” (Amsal 4:22).
Setelah anda diubahkan oleh Tuhan,
selanjutnya diperlengkapi hingga anda akan dipakai menjadi alat di tangan-Nya. Setiap
orang yang telah diubahkan oleh Tuhan diinginkannya bertumbuh dan berkembang
dengan pola hidup yang baru.
Seorang anak Tuhan haruslah memiliki pola
hidup seperti yang Tuhan kehendaki. Seperti dikatakan oleh rasul Paulus kepada
jemaat Tesalonika: “dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan
kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya” (1
Tesalonika 2:12).
Seseorang yang telah diubahkan hidupnya oleh
Tuhan harus hidup sesuai kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita hidup oleh
Dia dan untuk Dia. Seperti firman Tuhan kepada jemaat Kolose: “…segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16b).
Dengan membaca nats firman Tuhan ini semakin
jelas bagi kita bahwa kita diciptakan atau kini telah diubahkan oleh Dia dan
hidup kita pun untuk Dia. Kita boleh mempunyai banyak pilihan dalam hidup kita.
Kita dapat memilih siapa istri atau suami
kita, kita dapat memilih karir kita. kita dapat memilih tempat tinggal kita,
kita boleh memilih tempat dimana kita bergereja, tetapi kita tidak boleh
memilih tujuan hidup kita. Tujuan hidup kita hanya untuk kesukaan dan kemuliaan
bagi Tuhan yang telah menciptakan kita.
Bila kita percayan bahwa Tuhan telah mengubah
hidup kita dari kehidupan kegelapan menjadi kehidupan terang oleh terang Tuhan
sendiri maka kita harus belajar untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Kita harus
meminta tuntunan Tuhan oleh Roh-Nya untuk mengajar dan menuntun kita mencapai
tujuan-Nya dalam hidup kita.
Tujuan hidup kita jauh lebih mulia daripada
cita-cita dan ambisi kita. jauh lebih mulia daripada prestasi yang kita
upayakan sendiri, dan jauh lebih mulia daripada apapun yang kita pikirkan dengan
pikiran sendiri.
Bila kita mengetahui bahwa kita berasal dari
Allah, dilahirkan dan diubahkan oleh-Nya, dan hidup kita ini seutuhnya untuk
tujuan-Nya maka kita harus mencari Dia dan hidup di dalam-Nya. Hidup kita yang
lama dan semua yang kita miliki dan capai, seperti harga diri, gelar atau
pangkat, kekayaan, dan karir akan menjadi tidak berguna lagi. Itu semua akan
dianggap menjadi sampah bila kita telah menemukan tujuan hidup kita yang
sesungguhnya.
Setelah menemukan tujuan hidupnya, rasul
Paulus berkata demikian: “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
akrena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus” (Filipi 3:8).
Banyak orang yang masih berpikiran duniawi
secara terang-terangan memanfaatkan Allah untuk aktualisasi diri mereka. Lihatlah
bahwa mereka telah memutarbalikan firman Tuhan. Ketahuilah bahwa mereka pasti
gagal dalam hidupnya.
Saya pun telah pernah melakukannya sebelum
saya bertobat. Dan memang betul saya pun pernah mengalami kegagalan. Masih
ingat kaan firman Tuhan yang mengatakan bahwa kita manusia diciptakan oleh
Allah dan untuk Dia, bukan sebaliknya.
Kita menjalani hidup harus taat pada firman
Tuhan dan melakukannya dengan setia. Kita menjalani hidup yang Tuhan berikan
kepada kita berarti kita harus menginjinkan Tuhan memakai kita untuk tujuan-Nya.
Jangan dibalik, loooh.
Kita tidak boleh memanfaatkan Tuhan untuk
mencapai tujuan kita sendiri. Kita tidak boleh menggunakan pikiran kita
sendiri. Mengandalkan daging dan pikiran duniawi akan memasuki jalan butu, dan
menjadi sia-sia.
Selama duaribu tahun lebih, bayak orang telah
mengalami kebingungan dalam mencapai tujuan hidup mereka. Mengapa mereka
bingung?
Mereka bingung dan tidak menemukan tujuan
hidup mereka karena mereka menjalaninya dengan cara yang salah. Mereka
mengawalinya dengan titik awal yang keliru. Mereka mengawalinya dengan diri mereka
sendiri. Mereka tidak mengawalinya dengan Tuhan. Mereka lupa firman Tuhan yang
mengatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan untuk tujuan-Nya.
Bila kita ingin mengetahui mengapa Tuhan
melahirkan kita dan menempatkan kita di planet bumi ini maka kita harus
memulainya dengan Allah. Dialah yang menciptakan kita. Dialah yang mengetahui
awal dan kahir hidup kita. dan Dialah yang mengetahui tujuan hidup kita. Hanya
untuk kesukaan-Nya.
Kita bisa menemukan dan membaca banyak buku
yang menjelaskan dan mengajarkan berbagai cara bagaimana menemukan tujuan hidup
dengan analisa pikiran manusia. Buku-buku tersebut berupaya mengajarkan
bagaimana menolong diri sendiri dan memperhebat diri sendiri dengan kekuatan
dan pikiran sendiri.
Bahkan sebagian buku tersebut ditulis oleh
rohaniwan Kristen. Mereka bahkan dengan bangga mempromosikan diri mereka
menjadi inspirator di radio-radio. Mereka menginspirasi orang-orang untuk
memperhebat diri mereka dangan mengatakan bahwa mereka akan menemukan tujuan
hidup mereka. Mungkin mereka lupa bahwa mereka sedang menjaalani hidup yang
sekuler yang berujung dengan kata sukses.
Anda perlu mengetahui bahwa mencapai sukses
adalah berbeda dengan memenuhi tujuan hidup. Anda boleh berhasil dalam mencapai
sukses anda. Dan semakin anda sukses dalam standar dunia, anda akan semakin
jauh dari pencapaian tujuan hidup anda.
Tujuan hidup kita bukan sukses dunia. Tujuan
hidup kita adalah untuk kesukaan Tuhan, bukan kesukaan kita sendiri.
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa
berserah diri dan mengorbankan dirilah cara untuk menemukan tujuan hidup kita.
Alkitab tidak mengajarkan kepada kita untuk hidup mandiri apalagi menolong diri
sendiri.
Alkitab bukanlah kitab yang mengajarkan
manusia untuk menolong dirinya sendiri. Bukan juga merupakan pedoman untuk
menemukan atau menata karir dan meraih impian-impian kita.
Alkitab mengajarkan kepada kita bagaimana
kita menata hidup kita dan mengurangi kegiatan-kegiatan sekuler dalam hidup
kita.
Dengan demikian kita akan semakin fokus
dengan hal yang paling penting dalam hidup kita, yaitu menjadi pribadi yang
sesuai dengan kehendak Tuhan. Sesuai dengan tujuan Tuhan menciptakan kita.
Dalam alkitab dengan jelas Allah telah
menyatakan tujuan-tujuan-Nya untuk kehidupan kita. Allah menjelaskan mengapa
kita hidup, bagaimana hidup kita akan berlangsung, apa yang harus kita hindari,
bagaimana tentang masa depan kita, dan menjelaskan kepada kita tentang- hal-
hal yang kita tidak dapat peroleh dari dunia sekuler.
Allah adalah penuh hikmat. Tak seorang pun yang
dapat memahami hikmat-Nya. Manusia tidak dapat memahami Allah. Hikmat Allah
jauh tersembunyi dalam maksud-maksud-Nya. Seperti dikatakan dalam kitab Pengkhotbah:
“maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan
Allah, yang dilakukannya di bawah matahari.
Bagaimanapun manusia berlelah-lelah
mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat
mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya”
(Pengkhotbah 8:17).
Rasul Paulus telah menyaksikan hikmat Allah
yang begitu tak terselami, seperti dalam suratnya kepada jemaat Roma,
dikatakan: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami
jalan-jalan-Nya!” (Roma 11:33).
Kita patut bersyukur kepada Allah karena kita
memiliki Yesus yang telah mengubah kita dari kehidupan kegelapan ke dalam hidup
terang. Dia sendirilah hidup kita. Dialah yang memberitahukan kita jalan-jalan
Allah.
Hanya di dalam Yesus Kristuslah kita dapat
mengenal tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Dalam suratnya kepada jemaat
Korintus, rasul Paulus mengatakan: ”bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh
hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (1
Korintus 16:27).
Allah bukan hanya pencipta kita, tetapi Dia
jugalah yang mengubah hidup kita di dalam Yesus Kristus. Dialah hidup kita. Di
dalam Dialah kita dapat menemukan tujuan hidup kita melalui firman-Nya, yaitu
hikmat Allah.
Kita dapat mengetahui tujuan hidup kita
melalui hikmat Allah, yaitu firman Allah, bukan melalui hikmat dunia. Kita
harus menjalani hidup kita melalui kebenaran-kebenaran firman Tuhan, bukan
berdasarkan pengetahuan sekuler, motivasi sukses, atau kisah orang-orang yang
memberi inspirasi. Tujuan hidup kita telah dinyatakan dalam Kristus Yesus.
Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, rasul
Paulus mengatakan: “Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami
mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula ditentukan untuk
menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu
bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Efesus 1:11).
Kita hanya bisa berubah karena Yesus Kristus
yang telah mengubah hidup kita. Marilah kita mencari Yesus, mengasihi Dia
dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi
kita. Marilah kita mencapai tujuan hidup kita seperti telah dinyatakan dalam
diri-Nya.
Doa kami tulisan yang kami sajikan ini menjadi berkat bagi
saudara.
Terima kasih, saudara telah membaca tulisan yang disajikan oleh Ev. Heldin Manurung dalam
website ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati saudara. Amin!